This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

kebersamaan yang membawa keberkahan

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kamis, 07 Agustus 2014

Asal Mula ULTAH

ASAL MULA ULTAH
(ULang TAHun)

Met milad ukhty…., Met ultah yah…., HBD prend….., Wish u all the best….., dan lain-lain. Begitulah kiranya kaum muda dan tua yang beragama islam dalam mengekspresikan perayaan ulang tahun teman,saudara,keluarga atau siapapun yang mereka sayanginya. Tapi, pernahkah terbesit dalam pikiran kita, sebenarnya asal usul atau sejarah adanya ulang tahun itu gimana sih? Apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri pernah merayakannya? mmmhh,,,,

Ok ukhti dan ummahat fillah di manapun berada saat ini , jadi awal mulanya, dulu tuh pada masa-masa awal Nasrani generasi pertama (Ahlul Kitab / kaum khawariyyun / pengikut nabi Isa) mereka tidak merayakan upacara ulang tahun, karena mereka menganggap bahwa pesta ulang tahun itu adalah pesta yang mungkar dan hanya pekerjaan orang kafir Paganisme. Namun, pada masa Herodeslah acara ulang tahun mulai dimeriahkan sebagaimana tertulis dalam Injil Matius 14:6 ; “Tetapi pada HARI ULANG TAHUN Herodes, menarilah anak Herodes yang perempuan, Herodiaz, di tengah-tengah meraka akan menyukakan hati Herodes.” (Matius14 : 6)
Dan dalam Injil Markus 6:21 disebutkan juga : “Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias, ketika Herodes pada HARI ULANG TAHUNNYA mengadakan perjamuan untuk pembesar-pembesarnya, perwira-perwiranya dan orang-orang terkemuka di Galilea.” (Markus 6:21). Orang Nasrani yang pertama kali mengadakan pesta ulang tahun adalah orang Nasrani Romawi. Beberapa batang lilin dinyalakan sesuai dengan usia orang yang berulang tahun. Sebuah kue ulang tahun dibuatnya dan dalam pesta itu, kue besar dipotong dan lilin pun ditiup. (Bisa dilihat dalam buku : Parasit Aqidah. A.D. El. Marzdedeq, Penerbit Syaamil, hal. 298)

Pertanyaannya sekarang adalah: lalu apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengikuti tradisi ini, sedangkan Herodes sudah hidup pada jaman Nabi Isa ????
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sebaik-baik umat manusia adalah generasiku (sahabat), kemudian orang-orang yang mengikuti mereka (tabi’in) dan kemudian orang-orang yang mengikuti mereka lagi (tabi’ut tabi’in).” (Muttafaq ‘alaih)

Rasulullah shalallah ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: "Kamu akan mengkuti cara hidup orang-orang sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sehingga jika mereka masuk kedalam lobang biawak kamu pasti akan memasukinya juga". Para sahabat bertanya,"Apakah yang engkau maksud adalah kaum Yahudi dan Nasrani wahai Rasulullah?" Rasulullah menjawab: "Siapa lagi jika bukan mereka?!".

Allah Ta`ala berfirman; Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. (QS. Al Baqarah : 120)

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran , pengelihatan, dan hati, semuannya itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Isra’:36)

"... dan kamu mengatakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikitpun juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar." (QS. an-Nuur: 15)
Sehingga dalil-dalil di atas menjawab, bahwa janganlah mudah ikut-ikutan tentang suatu perkara, ikut-ikutan mengucapkan Ulang Tahun, tanpa mengetahui darimana asal-usul perayaan tersebut. Parahnya lagi jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyelisihinya, bahkan para sahabat Rasululah & para Tabi'in dan Tabiut tabi'in pun tidak pernah melakukannya. Ingatlah saudariku, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Barangsiapa beramal dengan suatu amalan yang "tidak ada perintah dari kami padanya" maka amalan tersebut TERTOLAK (yaitu tidak diterima oleh Allah).” [HR. Muslim].

Rasulullah, para sahabat, tabi'in dan tabiut tabi'in adalah orang yang paling mengerti agama islam. Mereka tidak mengucapkan dan tidak memperingati Ulang Tahun, walaupun mungkin sebagian manusia menganggapnya baik. Ada kaidah agung yang bisa dijadikan rujukan, "Lau Kaana Khairan Lasabaquuna ilaihi", “Seandainya perbuatan itu baik, maka Rasulullah, para sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in pasti mereka lebih dahulu mengamalkannya daripada kita.


Fb : Krisna Panji Al-Hafizh

Selasa, 15 Juli 2014

Ingin Keturunan Mulia? Pilih Pasangan Hidup yang Kokoh Agamanya

Malam itu, Umar bin Khattab kembali berkeliling melihat kondisi rakyatnya. Sengaja, selain bertemu dan melayani rakyatnya di siang hari, Umar bin Khattab juga memanfaatkan waktu malam agar ‘inspeksi’-nya tidak diketahui oleh orang lain. Dengan demikian, ia dapat melihat sisi lain kehidupan rakyatnya.

Tiba di dekat sebuah rumah, Umar bin Khattab mendengar dialog yang menyentuh jiwanya. “Campur saja susu itu dengan air, Nak. Orang lain melakukan seperti itu,” suara perempuan tua terdengar dari rumah itu.

“Amirul mukminin melarang itu, Bu” sang anak menolak dengan halus. Suaranya menggambarkan takdzim pada sang ibu.

“Amirul mukminin tidak akan tahu”

“Tapi Allah Maha Mengetahui, Bu”

Allahu akbar. Mendengar hal itu, Umar bin Khattab terenyuh. Hatinya tersentuh. Ada seorang gadis yang memiliki keimanan begitu tinggi.

Esoknya, Umar bin Khattab memerintahkan putranya untuk menikah dengan gadis itu. Dari pernikahan keduanya, kelak lahirlah keturunan shalih yang memiliki banyak kemiripan dengan Umar bin Khattab. Dialah Umar bin Abdul Aziz; khalifah yang hanya dalam masa 2,5 tahun berhasil mengubah maknawiyah dan kesejahteraan rakyatnya hingga tidak ada yang mau menerima zakat.

***

Suatu hari, seorang pemuda menemukan buah delima terbawa arus sungai. Dalam kondisi lapar yang menderanya saat itu, ia pun memakannya. Tiba-tiba ia sadar, buah itu milik siapa hingga ia berani memakannya? Ia pun menelusuri asal buah itu dan setelah menemukan pohonnya, ia menemui pemiliknya.

“Aku minta kehalalan buah yang telah kumakan tersebut,” pintanya, membuat sang pemilik kagum dengan kepribadiannya.

“Baiklah, aku akan menghalalkan buah itu dengan syarat kau mau menikahi putriku”

“Baiklah”

“Perlu kau ketahui, bahwa putriku itu buta, tuli dan bisu. Kau bersedia?”

Sungguh aneh, demi mendapatkan kehalalan buah yang telah dimakannya, sang pemuda tak membutuhkan waktu lama untuk mengiyakan. “Insya-allah, Pak” jawabnya mantap.

Tibalah hari pernikahan itu. Dan betapa kagetnya sang pemuda, gadis yang dinikahinya ternyata sangat cantik, tidak buta, tidak bisu dan tidak tuli. Saat ia menanyakan kembali kepada pria yang kini jadi mertuanya, ia mendapatkan jawaban: “Putriku buta, maksudnya matanya tidak pernah melihat maksiat. Ia bisu, maksudnya tidak pernah berbicara dusta, tidak pula pernah ghibah. Dan ia tuli, karena telinganya tidak pernah mendengar bunyi dan suara yang diharamkan.”

Allahu akbar! Pernikahan keduanya pun menjadi pernikahan barakah. Dari keduanya, kelak lahirlah seorang ulama besar yang hingga kini namanya tetap abadi dan ijtihadnya terus diikuti; Imam Syafi’i.

***

Dalam Islam, pendidikan anak sejatinya dimulai sejak memilih jodoh. Sebab, dari rahim sang ibulah anak lahir. Dari hubungan suami dan istrilah sang ibu mengandung.

Karenanya Rasulullah menasehati para pemuda untuk memilih istri atas dasar agamanya. “Fadhhar bidzaatid diin, taribat yadaak; pilihlah wanita yang baik agamanya agar kalian beruntung.” Keberuntungan di sini bukan hanya soal rumah tangga mereka, cinta kasih mereka, kehidupan pernikahan mereka, tetapi juga keturunan mereka.

Bagaimana dengan muslimah, Saudariku? Muslimah juga sama, dinasehati agar memilih jodoh yang baik agamanya, mulia akhlaknya. Karenanya Rasulullah berpesan kepada para orangtua, jika ada lelaki shalih yang melamar anaknya, agar ia diterima.

Memilih jodoh adalah langkah pertama dalam pendidikan anak. Sebab lelaki shalih dan wanita shalihah yang telah menjadi suami istri, mereka akan menjaga adab Islam. Saat merencanakan dan berikhtiar memiliki anak, mereka niatnya mulia. Saat beraktifitas yang mengundang lahirnya keturunan, mereka berdoa dan memenuhi adab-adabnya sehingga kelak anaknya tidak mudah diganggu/digoda syetan. Suami yang shalih menafkahi istri dengan nafkah halal. Halal pula yang dikonsumsi janinnya. Ketika anak sejak di dalam kandungan hingga lahir menjadi bayi dan seterusnya hanya mengkonsumsi yang halal, insya-allah ia lebih mudah menjadi anak yang shalih. Lebih mudah dididik dengan akhlak Islam.

Seperti apa engkau nanti mengasihi dan memperlakukan janinmu saat hamil juga dipengaruhi oleh laki-laki model apa yang menjadi suamimu. Jika ia shalih dan penyayang, ia pun menyayangimu dan janinmu. Mendukungmu membaca Qur’an untuk calon bayi dalam kandungan, bahkan ia pun turut tilawah sambil memegang perutmu. Hingga kelahiran tiba dan hidup di alam nyata, bayi dan anak-anaknya pun terbiasa dengan Al Qur’an, daripada musik dan nyanyian yang tidak jelas.

Saudariku, begitu banyak penjelasan yang bisa kau kembangkan atau kita lanjutkan di lain waktu. Bahwa pendidikan anak sejatinya dimulai sejak kita memilih jodoh. [Tim Redaksi WebMuslimah.com]